Aku mendambanya. Aku
menyimpan do’a untuknya. Aku menyimpannya rapih dalam sisa ingatan. Dia
adalah indah. Dalam setiap mataku terbuka dia bukanlah hina. Di setiap
nafas ku hela dia lah sukma. Pada barisan kata ku urai, ia nada
berirama. Mungkin tiada acuh ia taruh untukku. Namun sungguh, tiada
mampu aku bunuh rindu.
Entah. Mungkin dia adalah cita dan damba saat bulan tengah purnama. Dengan mata indah mengubah dunia. Mungkin dia lah bunga. Indah mengisi ruang di taman. dia tidak dua, hanya satu saja.
Sungguh aku bersungguh-sungguh. Menata diri agar dia terhenti dari kejauhan untuk aku hampiri. Ah, aku tersadar. Seperti tiada temu antara aku dan-nya di hari yang nyata. Kecewa, kembali tak aku aku temukan dia dalam mimpi kali ini. Mungkin nanti, entah esok atau lusa. Dialah indah. Tidak dua, hanya satu saja. Dia adalah cita dan damba saat bulan tengah purnama dialah rasa dengan segala makna padanya.
Entah. Mungkin dia adalah cita dan damba saat bulan tengah purnama. Dengan mata indah mengubah dunia. Mungkin dia lah bunga. Indah mengisi ruang di taman. dia tidak dua, hanya satu saja.
Sungguh aku bersungguh-sungguh. Menata diri agar dia terhenti dari kejauhan untuk aku hampiri. Ah, aku tersadar. Seperti tiada temu antara aku dan-nya di hari yang nyata. Kecewa, kembali tak aku aku temukan dia dalam mimpi kali ini. Mungkin nanti, entah esok atau lusa. Dialah indah. Tidak dua, hanya satu saja. Dia adalah cita dan damba saat bulan tengah purnama dialah rasa dengan segala makna padanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar