Teks1

Mereka bilang hidup jangan disesali, Aku bilang salah. Hidup jangan dikecewakan || Selain pada Tuhanmu, takut dan malulah pada penyesalan.

A Letter from Mira #2

"Ini tehnya mas.. maaf agak lama, tadi habis bantu ibu dulu di dapur." seloroh Marni sambil keluar membawa nampan berisi minuman untuk abang dan tamunya.
"Eh, dik Marni.. ga papa kok. ga usah repot-repot." Tyo menjawab dengan suara berat dan canggung. Matanya terus mengikuti wajah Marni.
 "Hmm.. dasar playboy kampung kamu yo!" seloroh Arya sambil mengusapkan tangan ke muka sahabat kecilnya itu.
 "Ah, nda' kok mas lah wong cuma teh kok.. silahkan diminum dulu. Marni permisi dulu, mau lanjutin bantu ibu di dapur."
"Oh iya, silahkan Marni.." senyum Tyo mempersilahkan. Pandangannya tetap saja mengikuti wajah Marni yang nampak bersih dan alami.


 Di keluarga Arya, Marni adalah anak gadis tertua. Sebenarnya Arya memiliki 2 orang adik perempuan. Adik Arya yang paling bungsu bernama Nirma, masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cirebon. Nirma sendiri dikenal dikampung sebagai gadis yang cerdas. Bahkan beberapa tetangga mempercayainya sebagai guru les bagi anak-anak mereka yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah Pertama. Disekolah, Nirma pun kerap tampil sebagai juara kelas dan dikenal baik oleh kalangan guru pengajar dan staff Tata Usaha karena sifatnya yang rajin dan bersahaja. Sementara adik Arya lainnya adalah Marni. Sebenarnya Marni tengah menempuh studi di salah satu kampus negeri di Yogyakarta hanya saja semenjak aktifitas gunung Merapi meningkat dan erupsi, pihak kampus memutuskan untuk meliburkan kegiatan belajar-mengajar sampai keadaan memungkinkan kembali. Sebagai adik Arya yang tertua, Marni tumbuh menjadi seorang gadis desa yang santun. Meskipun dalam dunia kampus Ia sering berinteraksi dengan gadis kota, namun Marni tetap menjaga kearifan. Marni tidak suka berias menggunakan kosmetik dan mengenakan pakaian-pakaian casual layaknya teman-teman kampus lain. Marni lebih suka mengenakan jilbab dengan baju lengan panjang dan rok sebagai bawahan.

Arya dan kedua adiknya hidup bersama keluarga yg bersahaja dalam rumah yang cukup sederhana. Mereka tinggal bersama Ibu dan Bapak. Bu Darsih - ibu, Arya hanya seorang ibu rumah tangga tamatan Sekolah Dasar (dulu bernama Sekolah Rakyat - SR). Sedangkan Pa Tanoko, bapak Arya hanya seorang kepala rumah tangga tamatan Sekolah Menengah Pertama yang sekarang bergelut dengan profesi sebagai petani. Namun demikian, pa Tanoko dikenal sebagai petani yang ulet dan giat bekerja. Ia memiliki lahan warisan keluarga yang cukup luas. Bahkan karena keuletan dan kegigihan pa Tanoko, ada beberapa juragan sawah yang menitipkan lahan sawahnya untuk digarap Bapaknya. Hasil garapan sawah ini pun lumayan. Cukup untuk membiayai sekolah anak-anaknya, termasuk biaya kuliah Arya.

Untuk membantu ekonomi keluarga, Bu Darsih membuka warung lotek didepan rumah. Warung lotek milik ibu Arya memang tidak terlalu besar, yah namanya juga warung lotek. Tapi hampir satu kampung sudah mengenal baik kelezatan lotek buatan ibunya. Alhasil, hampir tiap hari warung yang buka mulai jam 2 ini selalu ramai pembeli. Kalau sudah begitu, Arya pun kerap membatu ibunya melayani pembeli. Selain lotek, warung bu Darsih juga menyajikan gorengan dan minuman hangat has kampung seperti teh dan kopi. Tak jarang warung lotek milik ibunya dijadikan tempat kopdar bagi perangkat desa setempat.
...

"Heh, bengong mulu ah!" sentak Arya mengejutkan Tyo.
"Ah, Eh.. Adikmu itu loh Ya'.."
"Kenapa dengan Marni?"
"Bening banget! Hhe. Jadi tambah kesemsem nh."
"Hush! Awas kalau kamu macem-macem!"
"Yah, galak amat sih lo Ya'. Ama temen sendiri juga. Gw kan sobat lo dari kecil."
"Ya wajar dong, Mirna itu adik aku. Jadi aku harus jagain dia.." cetus Arya sambil meraih cangkir teh dan menenguknya.
"Lagian aku juga ga mau Marni kesambet playboy kabel macem kamu." lanjut Arya.
"Ah sudahlah, gw yakin ntar juga Marni bakal kesemsem ama gw!" seloroh Tyo.
"Yee.. pede banget kamu." ledek Arya. "Nih, aku kasih tips kalau mau deketin adikku." sambung Arya.
"Apaan Ya'?" pungkas Tyo mengejar.
"Marni itu ga tertarik sama pemuda begajulan kayak kamu! Hahaha.."
"Ah, seriusan juga.."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar