Teks1

Mereka bilang hidup jangan disesali, Aku bilang salah. Hidup jangan dikecewakan || Selain pada Tuhanmu, takut dan malulah pada penyesalan.

A Letter from Mira


"tak ada sedikitpun sesalku tlah bertahan dengan setiaku. walau di akhir jalan, ku harus melepaskan dirimu.
ternyata tak mampu kau melihat. dalamnya cintaku yang hebat. hingga ada alasan bagimu tuk tinggalkan setiamu. 
demi nama cinta, telah ku persembahkan hati hanya untukmu. tlah ku jaga kejujuran dalam setiap nafasku. 
karna demi cinta, telah ku relakan kecewaku atas ingkarmu. sebab ku mengerti cinta itu tak mesti memiliki. 
andai saja bisa kau pahami layaknya arti kasih sejati. karna cinta yang sungguh tiada akan pernah mungkin bersyarat .."

Sepenggal alunan lagu itu mulai terdengar sayup seiring kantup mata Arya yang mulai perlahan tertutup, kalah menahan dari rasa kantuk.
Arya memiringkan tubuhnya ke samping, matanya mengarah tepat ke arah jendela kayu yg sedikit terbuka. Di luar sana hujan tengah mengguyur desa. Nampak oleh sayup mata Arya, rintik hujan membasuh muka daun dan dahan pepohonan d pekarangan seberang jendela kamar. Angin dingin yang dibawa hujan serta dentuman rintik hujan yg membentur genting, tanah, dan pohon, menambah rasa kantuk yg semakin kuat. Sore itu, Arya terbenam dan larut dalam istirahat panjang.

Jam bundar di meja belajar samping ranjangnya menunjukkan pukul 16.00 saat Arya terbangun setelah 2jam merebahkan tubuhnya dlam mimpi yg tak begitu jelas sebelum kemudian ia mendengar pintu kamarnya di ketuk oleh seseorang.
"Mas, mas.."
"Iya. Sebentar."
"Di luar ada yang nyari tuh."
"Iya. Suruh duduk aja dulu di teras. Aku mau mandi dulu."
"Iya sudah, jangan kelamaan ya mas. ga enak lho."
"Iya." Beranjak ke kamar mandi dengan langkah gontai, Arya pun segera membasuh diri. Segera setelah itu ia bergegas menghampiri tamu yang sudah menunggunya di teras depan.

"Eh kamu, yo."
"Heh, ya. Seger amat muka lo"
Ternyata Tyo. Teman kecil Arya. Arya dan Tyo adalah sahabat. Mereka berteman baik saat mereka masih duduk di bangku Sekolah Dasar hingga sekarang. Dulu mereka kerap bersama. Baik Arya maupun Tyo sudah mengenal baik pribadi masing-masing. Namun keduanya mulai jarang mengabiskan sisa waktu bersama karena memang keadaannya telah berubah. Tyo tumbuh menjadi seorang usahawan sukses. Yah walaupun hanya bergelut di bidang usaha ternak puyuh, tapi skala usahanya cukup besar bagi lingkungan pedesaan seperti tempat mereka tinggal. Tyo memutuskan untuk memulai usahanya sebagai peternak segera setelah menamatkan sekolah tingkat menengahnya. Sedangkan Arya lebih menuruti perintah orang tuanya untuk tetap melanjutkan pendidikannya sampai ke jenjang perkuliahan yang memang merupakan keinginannya karena Ia percaya perintah orang tuanya itu baik untuk masa depannya.

"Iya, aku baru aja mandi. Tumben kamu mampir?"
"Wuiidiih.. temen gw masih inget mandi, salut! Ah lo ya', pan sering gw kemari. Yahh paling ga, 2 minggu kemaren gw kemari. Nyamperin lo, eh.. lo nya malah ga ada."
"Alaah.. nyamperiin aku apa adekku? Playboy kampung!"
"Yahh.. itu sih bonus Ya'.. emang adek lo itu masih kosong ya?"
"Emang botol, kosong? Sembarangan."
"Serius nih Ya'."
"Auk. Tanya sendiri aja gih."
"Huu.. ama temen ndiri pelit."
"Aku panggil y? Mar.. Mar.."
"Eh.. eh.. ga usah Ya'. Grogi nih."
"Halah.. omong besar kamu!"
keduanya asik menghabiskan waktu dengan mengobrol. Tyo tumbuh di lingkungan yang berbeda dengan Arya. Tyo lebih sering bergaul dengan orang kota. Mungkin itu pula yang membuat gaya bicara Tyo begitu akrab dengan bahasa 'Gw-lo'.

Satu jam menjadi waktu yang begitu singkat bagi dua sahabat kecil yang tengah asik berbincang. Hingga pada satu saat perbincangan mereka menjadi serius.

"Ya', lo masih ingat Mira?" tanya Tyo dengan agak menahan suaranya.
"Mira anaknya Ibu Minah?"
"Iya."
"Kenapa dengan Mira?"
"Beuh!, lo ga tau apa Mira kaya gimana?"
"Ya.. tambah cantik sih."
"Nah! itu maksud gw!"
"Naksir?"
"Ahh.. bagi gw, Mira masih kalah cakep ama adek lo! hhe."
"Dasar kucay! trus kenapa lagi si Mira?"
"Engga, kayanya dia deket banget ama lo?"
"Ya, Mira memang satu kampus denganku."
"Tapi dari gelagatnya itu loh Ya'.."
"Hush! sudahlah. Jangan mikir yang macam-macam."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar